YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Di tengah gejolak ekonomi, meningkatnya angka pemutusan hubungan kerja (PHK), putus sekolah, gangguan kesehatan mental, hingga kasus bunuh diri, perayaan Idul Adha 1446 H menjadi momen penting untuk merefleksikan kembali nilai-nilai kemanusiaan dalam beragama. Terlebih lagi di tengah situasi ekonomi Indonesia yang tidak sedang baik-baik saja, umat Islam diajak untuk tidak sekadar melaksanakan ibadah kurban secara ritual, tetapi juga menjadikannya sebagai wujud kepedulian sosial yang lebih luas.
Pesan ini disampaikan dalam khotbah Idul Adha oleh Prof. Dr. Zuly Qodir, M.Ag di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Jumat (6/6). Ia menekankan bahwa kurban bukan hanya tentang menyembelih hewan, tetapi tentang menyentuh dan menyelamatkan kehidupan dari krisis yang terus membelit masyarakat.
“Terlalu banyak jiwa yang terkapar akibat dahsyatnya transformasi sosial yang mematikan. Tidak boleh kita biarkan korban jiwa terus bergelimpangan karena goncangan ekonomi dan sosial,” tegasnya.
Zuly pun mengajak untuk melakukan reinterpretasi atas kurban sebagaimana dilakukan oleh Muhammadiyah melalui Pimpinan Pusat yang telah menyerukan ijtihad baru dalam praktik kurban. Dana atau hewan kurban yang biasanya digunakan untuk penyembelihan, dapat dialihkan untuk pemenuhan kebutuhan mendesak seperti makanan bergizi, pengobatan, hingga dukungan pemulihan hidup bagi mereka yang paling terdampak.
“Jika hanya mendapatkan satu-dua kilogram daging segar, nilai manfaatnya sangat kecil bagi mereka yang kehilangan pekerjaan dan tidak punya pendapatan. Sebaliknya, jika dana kurban digunakan untuk menopang kehidupan mereka secara berkelanjutan, ini menjadi bentuk kurban yang lebih bermakna,” tambah Wakil Rektor UMY bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan ini lagi.
Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya menjadikan kurban sebagai simbol perjuangan melawan egoisme individual dan hasrat duniawi. Zuly menyerukan perlunya membangun kesadaran kolektif untuk menjadi manusia merdeka yang menjunjung tinggi solidaritas dan etika kemanusiaan.
Gagasan ini sejalan dengan kaidah fikih yang menyatakan bahwa menyelamatkan satu jiwa manusia setara dengan menyelamatkan seluruh umat manusia agar memungkinkan adanya kehidupan selanjutnya, karena menekan adanya kematian.
“Maka, kurban tidak lagi hanya dimaknai secara ritual, melainkan sebagai jalan untuk memperjuangkan kemaslahatan umat. Kita harus bangkit dan segera sadar dari egoisme individual yang seringkali merusak hubungan sosial kemasyarakatan,” ujarnya.
Kali ini, UMY menyalurkan dua ekor sapi dan sepuluh ekor kambing kepada masyarakat, baik ke warga kampung sekitar UMY, masjid, pesantren, sekolah dan komunitas muslim minoritas di Yogyakarta. Aksi ini merupakan bagian dari semarak perayaan Idul Adha 1446 Hijriah.
Sekretaris UMY, Dr. Bachtiar Dwi Kurniawan, S.Fil.I., MPA., menjelaskan bahwa kegiatan ini mencerminkan semangat UMY sebagai kampus yang tidak hanya berprestasi di bidang akademik, tetapi juga memberikan dampak positif bagi masyarakat.
"Ini merupakan spirit UMY sebagai kampus berdampak, yang tidak hanya berdampak di bidang akademik, tetapi juga berdampak bagi kehidupan sosial masyarakat," jelas Bachtiar, saat diwawancarai pada Jum’at sore (6/6) melalui telepon WhatsApp.
Dalam rangka memperluas manfaat kurban, UMY sendiri mengadakan penyembelihan hewan kurban pada hari Senin mendatang sebagai puncak perayaan kurban. Daging kurban tersebut akan didistribusikan secara khusus kepada para mahasiswa UMY yang membutuhkan.
Sementara itu, sehari sebelumnya, UMY juga menerima satu ekor sapi kurban dari Bank BSI. Hewan kurban ini diterima oleh Prof. Dr. Dyah Mutiarin, M.Si. selaku Wakil Rektor Bidang Sumber Daya UMY. Mutiarin mengapresiasi dan menyambut baik tujuan mulia BSI ini. Ia menegaskan bahwa sapi sumbangan dari BSI akan disalurkan kepada Masjid Nurul Asfar, sebuah masjid yang banyak dihuni oleh mualaf di daerah Sendangarum, Minggir, Sleman.
"Sumbangan ini sangat berarti bagi UMY, terutama dalam rangka membantu menyemarakkan Idul Adha,” ujarnya, saat ditemui setelah acara penyerahan simbolis pada Kamis (5/6) di Gedung AR Fachruddin A Lantai 1.
Mutiarin berharap, seluruh elemen dapat meneladani ketaatan Nabi Ibrahim a.s dalam kehidupan beragama, juga dapat meniru Nabi Ismail a.s dalam keikhlasan melakukan pengorbanan, sehingga kebaikan-kebaikan juga dapat kembali dalam bentuk kebaikan lainnya. UMY juga akan meningkatkan porsi sumbangan kepada lingkungan sekitar kampus serta memprioritaskan wilayah yang membutuhkan. Ini merupakan bagian dari dakwah Muhammadiyah, sesuai dengan arahan persyarikatan. (Mut/FU)