Hijrah Kontemporer, Hijrah Yang Transformatif (Bagian I): Memberdayakan Aset Informasi Persyarikatan
Oleh: Sonny Zulhuda, Dosen International Islamic University Malaysia, Dewan Pakar Majlis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah
Makna Tahun Baru Islam
Dalam Islam, perayaan tahun baru Hijriyah tidak menekankan aspek ritual apalagi kolosal. Jika pun ada acara-acara khusus yang mentradisi di berbagai komunitas umat Islam, upacara itu merupakan refleksi menghadirkan kegembiraan dalam konteks sosial kemasyarakatan, bukan ibadah ritual. Namun lebih dari itu, kita menyambut tahun baru Hijriyah untuk mengingat kembali agenda penting umat, yakni melakukan transformasi atau perubahan ke arah yang lebih baik; transformasi yang berkemajuan.
Dalam amanah tahun baru Hijriahnya, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Dr. Haedar Nashir mengajak kita untuk terus mengagendakan kemajuan untuk umat Islam dan bangsa Indonesia dalam segala bidang. Bagi umat Islam sendiri, menurut Prof Haedar, hijrah kontemporer seharusnya mewujudkan umat yang unggul berkemajuan di segala bidang kehidupan berfondasikan ajaran Islam.
Pernyataan Prof Haedar ini ingin saya bawa ke dalam konteks kita hari ini di tengah derasnya arus digitalisasi. Baik di tataran individu maupun organisasi, penggunaan teknologi digital sudah menjadi tren dan keniscayaan. Tren ini perlu disikapi positif dan transformatif oleh Muhammadiyah sebagai organisasi yang membawa semangat tajdid.
Aset Muhammadiyah 3.0
Jika di abad pertama Muhammadiyah telah diperkaya dengan keunggulan sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya AUM (SDA) yang terus tumbuh, maka kini saatnya Muhammadiyah lebih serius menata dan mendayagunakan sumber daya informasi (SDI) yang melimpah ruah. Ini karena akumulasi SDM dan SDA Muhammadiyah telah menghasilkan SDI yang luar biasa. Samudera informasi ini termasuk didalamnya data keanggotaan Muhammadiyah, informasi bisnis, rahasia perusahaan, hasil penelitian, kekayaan intelektual, aset human capital (modal insan), data talenta siswa, data demografis warga, data aset AUM, data kesehatan dan patologis, serta data-data strategis lainnya.
Sebagai ilustrasi adalah perguruan tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah (PTMA) yang telah menghasilkan penilitian di berbagai bidang beserta kekayaan intelektual para dosen dan mahasiswanya. Jika saja semua data hasil peneliitan dan karya intelektual itu disusun dan disinergikan sedemikian rupa, maka data itu akan menjadi jawaban solutif dan kreatif untuk berbagai permasalahan umat dan bangsa Indonesia.
Di bidang modal insan (human capital) pun sama hebatnya. Muhammadiyah di semua lininya tidak pernah kekurangan pelbagai talenta. Warga kita lengkap: mulai dari atlet olahraga, penggiat seni, aktivis lingkungan, tukang masak, penghafal Alquran dan Hadis, pakar konstitusi, ahli matematika, pakar bangunan hingga ahli medis dan pengobatan alternatif. Namun sebagian talenta itu mungkin hanya diketahui di lingkungan AUM masing-masing, atau di daerahnya masing-masing. Kita perlukan database yang tepat guna.
Sudah saatnya kita seriusi pendayagunaan SDI kita dengan membangun sebuah sistem informasi yang komprehensif dan efisien semudah menjentik jari. Dengan sistem itu, saya yakin kita bisa dalam waktu singkat membentuk sebuah tim sepakbola yang menghimpun talenta terbaik dari sekolah-sekolah Muhammadiyah di seantero negeri. Dalam waktu singkat pula, doktek-dokter kita di rumah sakit Muhammadiyah se-Indonesia dapat saling merujuk dan berkonsultasi, sehingga bisa memberikan pelayanan terbaik untuk pasiennya.
Begitu juga dalam bidang bisnis dan kewirausahaan, dengan tertatanya sumber daya informasi ini, maka para peniaga Muhammadiyah dapat saling berkolaborasi membangun rantai pasok (supply chain) barang dan jasa dalam dan luar negeri (ingat, kita punya 30 Cabang Istimewa di lima benua) sehingga kita membangun konglomerasi usahawan Muhammadiyah yang efisien dan kompetitif.
Langkah Pemberdayaan Aset Informasi
Dalam konteks Persyarikatan, penggunaan, pendayagunaan dan pemeliharaan aset informasi dan digital menjadi syarat kemajuan kita di satu abad mendatang. Tapi bagaimana caranya? Dalam tulisan singkat ini, sekurang-kurangnya ada tiga hal yang dapat saya bahas untuk pertimbangan bersama.
Pertama, melakukan pencerahan ideologi, visi dan misi Persyarikatan yang mengarusutamakan agenda transfomasi digital. Kita perlu mengapresiasi sumber-sumber agama dengan pendekatan yang relevan dengan konteks digitalisasi. Kita bisa menggali dan memperkuat fikih informasi yang lebih komprehensif, bukan hanya sebatas fikih akhlak di media sosial. Kegiatan dakwah, tarjih dan pembinaan kader perlu mengintegrasikan modulnya dengan visi digital ini. Hasil paripurnanya nanti adalah menciptakan kader Persyarikatan yang soleh serta lihai digital dan tidak gagap teknologi.
Kedua, kita perlu menciptakan lanskap tatakelola yang baik (good governance) terkait aspek informatisasi dan digitalisasi. Jika lanskap tatakelola ini diibaratkan sungai, maka di hulunya ada kepemimpinan bervisi digital, di tengahnya ada manajemen keorganisasian digital, dan di hilirnya ada literasi digital yang luas yang didukung oleh semua amal usaha pendidikan Muhammadiyah. Dalam aspek ini, kita perlu penguatan manajemen risiko seperti risiko keamanan dan ketepatan data. Produk dari tatakelola ini adalah pendataan warga dan aset yang lengkap dan akurat, sistem yang aman dari peretasan, serta sinerginya aliran pengumpulan, pembagian dan penyebaran informasi baik internal maupun eksternal organisasi.
Ketiga, aspek teknologi. Di zaman serba mudah alih dan kecerdasan buatan ini, Muhammadiyah tertantang untuk menghadirkan solusi jitu dalam mengolah aset informasinya. Gerbang dan portal data melalui aplikasi Super App merupakan bagian dari inisiatif teknologi ini. Indah rasanya jika suatu saat nanti ada aplikasi tunggal Muhammadiyah yang dapat digunakan warga untuk berbagai layanan seperti pembuatan KTAM, pendaftaran masuk sekolah atau kampus Muhammadiyah/Aisyiyah, info lowongan kerja di pelbagai AUM se-Indonesia, atau untuk pemasaran produk dan jasa. Aplikasi itu juga dapat digunakan untuk menjaring pemberi dan penerima ZIS, early warning system untuk bantuan kemanusiaan, akses ke pelbagai dokumen resmi dan media terafiliasi Persyarikatan, dan juga sebagai database wirausaha, talenta serta crowdfunding wrga Persyarikatan. Saya kira cita-cita inilah yang memotivasi teman-teman di Majlis Pustaka dan Informasi PP untuk mencipatakan gerbang tunggal aplikasi Persyarikatan.
Dengan ketiga faktor di atas: visi digital, tatakelola yang baik serta teknologi yang tepat, inshaAllah Muhammadiyah dapat memberdayakan aset ketiga setelah Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sumber Daya AUM (SDA), yakni Sumber Daya Informasi (SDI). Semoga menjadi sebuah hijrah kontemporer, sebuah hijrah yang berkemajuan, solutif dan transformatif.