YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir berpesan kepada tim Redaksi Suara Muhammadiyah agar jangan pernah alergi dan berhenti untuk belajar. Karena, dengan belajar inilah kemudian,
“Redaksi SM harus terus belajar. Jangan merasa sudah selesai. Karena tantangan itu tidak pernah berhenti,” tuturnya dalam malam Tasyakuran Milad ke-110 Suara Muhammadiyah, Rabu (13/8) di SM Tower Malioboro Yogyakarta.
Sebab, dari semangat belajar itu kemudian, akan melahirkan kepekaan dalam menangkap isu-isu yang tengah berkembang di masyarakat.
“Semua anggota redaksi harus mau selalu belanja isu, pemikiran, pengetahuan dari manapun. Lalu mengemasnya menjadi kemasan yang baik,” ujarnya.
Bahkan untuk tampilan sampul majalah, Haedar sangat selektif dan ketat. “Tidak pernah saya membiarkan itu berjalan biasa,” katanya.
Artinya, setiap detail desain, warna, dan pesan visual harus melalui pertimbangan matang, bukan sekadar estetika, tetapi juga kesesuaian dengan pesan yang ingin disampaikan.
“Dan itu bisa kita jual ke dalam dan keluar. Tetap kita harus bisa itu,” ucapnya.
Di samping itu, perlu dukungan dari pihak luar, yakni dengan komitmen membaca, lebih-lebih membaca Majalah Suara Muhammadiyah. Budaya membaca harus dibiasakan karena hal tersebut menjadi fondasi penting bagi tumbuhnya pemikiran kritis dan luasnya pengetahuan.
“Membaca bagian dari bermuhammadiyah. Membaca bagian berideologi Muhammadiyah. Membaca sama dengan membesarkan Muhammadiyah,” tegasnya.
Langkah awal menumbuhkan budaya membaca, kata Haedar adalah dengan membaca yang ringan, tetapi bergizi dan bernilai. “Karena otak kita ini kalau dibiasakan makan dengan nilai dan bergizi, dia akan terus haus dengan itu,” timpal Pemimpin Redaksi Majalah Suara Muhammadiyah ini. (Cris)