PADANG, Suara Muhammadiyah – Ruang di SMP Muhammadiyah 6 Nanggalo, Kamis (12/12/2025), menjadi saksi bisu sebuah pemulihan jiwa. Di sana, puluhan ibu-ibu yang masih menyimpan luka akibat bencana berkumpul, mengikuti sebuah sesi yang bukan sekadar pertemuan biasa, melainkan trauma healing dan bimbingan ibadah yang dihadirkan oleh MKS PWA Sumatera Barat bersama Masjid Nurul Falah Kuala Nyiur 2.
Suasana haru langsung terasa sejak awal. Kedatangan tim dari MKS PWA Sumbar bersama pengurus Masjid Nurul Falah disambut hangat oleh Ketua PCA Nanggalo, Efri, dan Sekretaris Magria Agusti. Namun, lebih dari sekadar sambutan, yang terpancar adalah harapan di wajah para penyintas yang hadir.
"Ketika kami mendengar kabar ini, hati kami tergerak. Bukan hanya ingin membantu, tetapi ingin benar-benar hadir bersama mereka yang sedang terluka," ungkap Dra. Silfeni, M.Pd., Ketua Majelis Taklim Masjid Nurul Falah, menggambarkan alasan kolaborasi yang penuh makna ini.
Kegiatan ini pun berubah menjadi ruang berbagi yang sangat emosional. Dipandu langsung oleh Ketua MKS PWA Sumbar, Dr. Desi Asmaret, M.Ag., bersama Dra. Indarefis dan Armalena, M.Pd., para ibu diajak tidak hanya memahami tata cara ibadah di masa sulit, tetapi juga untuk membuka hati, berbagi cerita, dan menemukan kembali ketenangan batin.
"Kami hadir untuk merangkul. Trauma ini berat, tapi dengan spiritualitas dan dukungan sosial, kami percaya ada jalan untuk pulih," ujar Dr. Desi Asmaret dengan nada yang menenangkan, menekankan bahwa pendampingan ini menyentuh aspek manusiawi dan spiritual secara bersamaan.
Ia juga menegaskan pentingnya sinergi seperti ini. "Kolaborasi antara organisasi dan masyarakat inilah kekuatan sebenarnya. Di tengah cobaan, kita tidak boleh sendirian. Persiapan mental dan spiritual adalah pegangan terkuat."
Air mata yang mengalir di ruangan itu bukan lagi tanda keputusasaan, melainkan simbol pelepas beban dan awal sebuah penyembuhan. Dengan dibimbing untuk menemukan makna dan kekuatan melalui ibadah, para peserta perlahan mulai menemukan secercah cahaya untuk bangkit lebih tegar.
Kegiatan yang berlangsung khidmat ini menjadi bukti nyata bahwa kepedulian dan solidaritas, ketika diwujudkan dengan pendekatan hati, mampu menjadi obat yang menyembuhkan luka terdalam, mengembalikan harapan untuk melangkah maju.


