Gaza: Di Manakah Pertolongan Allah?

Publish

10 November 2023

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
4834
Foto Al-Jazeera

Foto Al-Jazeera

Gaza: Di Manakah Pertolongan Allah?

Oleh: Donny Syofyan

Kita melihat banyak kematian dan kehancuran di Palestina, khususnya di Jalur Gaza. Pertanyaan yang selalu muncul, mengapa Allah tidak melakukan intervensi dengan menurunkan pertolongan-Nya? Mengapa Tuhan tidak melakukan sesuatu untuk menghentikan semua penderitaan ini? Dimana Tuhan dalam semua ini? Apakah Tuhan menyaksian apa yang terjadi? Dan apakah Tuhan sadar akan apa yang terjadi?

Jawabannya sangat sederhana dan jelas dari sudut pandang iman adalah ya. Allah sadar dan mengetahui apa yang sedang terjadi. Dia membiarkan apa yang terjadi karena ada alasan atau hikmah tertentu di baliknya. Ada kebijaksanaan ilahiah di sini. Mengapa Allah mengizinkan berlakunya hal-hal sebagaimana adanya. Satu alasan sederhana dan mendasar bahwa Tuhan Maha Kuasa mengendalikan segalanya. Allah bisa mengelola semua hal hingga detail (micromanagement) jika Dia berkehendak, tapi Dia tidak melakukannya. Dia meninggalkan hal-hal itu kepada keinginan dan tindakan makhluk-makhluk-Nya.

Manusia juga makhluk Allah. Manusia memiliki kehendak bebas. Kita bisa memilih untuk berbuat yang membahayakan orang lain atau melakukan tindakan yang bermanfaat bagi sesama manusia. Itu pilihan kita. Jika Tuhan mengintervensi setiap saat, katakanlah seseorang ingin menyakiti orang lain, maka kebebasan memilih yang manusia miliki tidak ada lagi. Orang tidak akan pernah bebas untuk berbuat salah dan akan selalu melakukan apa yang benar. Orang tak pernah bisa belajar dari setiap kesalahan yang diperbuatnya.

Bahkan orang yang punya kecenderungan melakukan sesuatu yang salah tetapi Tuhan tidak mengizinkannya melakukan kecenderungan itu berarti Tuhan menghabisi makna keseluruhan dari tujuan-Nya memberikan kebebasan memilih dan berkendak bagi manusia. Allah memiliki alasan dan kebijaksanaan-Nya sendiri saat memberikan kebebasan kepada manusia buat memilih, kebebasan berkehendak dan kemampuan untuk berbuat, baik yang menguntungkan atau membahayakan orang lain.

Tapi tentu saja Allah akan menilai dan menghakimi kita, dan itu bagian dari seluruh rencana dan kehendak-Nya. Allah menciptakan makhluk yang bisa memilih untuk mencintai-Nya. Jika ada orang yang dengan sengaja memilih untuk mencintai Tuhan, pada saat yang sama juga ada sebaliknya, mereka yang sengaja atau memiliki kemampuan untuk tidak mencintai-Nya. Salah satu bagian dari kecintaan kepada Tuhan itu adalah sikap cinta kepada sesama manusia, merawat kemanusiaan. Sebaliknya, orang yang berpaling dari Tuhan juga akan berpaling dari kemanusiaan. Allah ‘melestarikan’ semua itu.

Tapi tentu saja Allah menghakimi kita dalam kehidupan selanjutnya, dan menghargai atau menghukum berdasarkan pilihan dalam hidup ini. Itu bagian dari rencana besar-Nya untuk membiarkan ini terjadi. Namun Allah hanya akan mengizinkannya sampai batas tertentu. Itu pun sudah begitu banyak hal-hal yang tidak kita pahami ditolerir oleh Tuhan. Kita menyaksikan angka kematian yang terus bertambah, penghancuran tanah dan harta benda di Gaza, dan seterusnya. Kita tahu bahwa Tuhan akan campur tangan dan akan mengakhiri semua kezaliman ini. Tapi sementara itu, Allah menguji kita untuk melihat seberapa banyak kesabaran yang akan kita miliki dalam situasi yang sulit ini.

Berbicara tentang ujian, saat kita memikirkan orang-orang Palestina yang mengalami deretan ujian itu, kita sebetulnya juga sedang diuji. Kita bisa duduk di ruang tamu yang sejuk, tidur di rumah yang nyaman, berjalan-jalan dengan bebas, bekerja dan hidup seperti biasa. Kita perlu bertanya, apa yang kita lakukan? Dan bukan hanya kita, tetapi para pemimpin dunia, apa yang mereka lakukan? Tuhan juga menguji kita semuanya.

Kita semua sedang diuji, dan respons kita terhadap ujian itu menjadi dasar apakah Allah akan mengganjar kita dengan kebaikan atau menyalahkan bahkan menyiksa kita. Jika kita sabar dalam menghadapi kesulitan, maka Allah akan membalas dengan kebaikan. Namun tatkala kita melakukan sesuatu yang menentang hukum Allah dan tidak sah secara agama, maka kita telah gagal dalam ujian Tuhan.

Kita marah jika seseorang menyakiti kita. Itu biasa. Tapi begitu kita membalas dengan menyakiti orang itu secara berlebihan, ini dinamakan melampaui batas. Inilah yang selalu dikatakan Al-Qur’an, jangan melampaui batas. Kita bisa bersabar, kita bisa memaafkan. Ketika kita mengklaim hak kita, kita dapat mengambil apa yang telah diambil dari kita. Kita berhak membalas sejauh kerugian yang ditimpakan kepada kita, tetapi untuk memaafkan lebih baik.

Dalam Perjanjian Lama disebutkan "mata dengan mata," sementara Yesus dalam Perjanjian Baru mengungkapkan, “Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu (Matius 5:39). Sementara Al-Qur’an mengambil posisi yang berbeda, “Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, tetapi barang siapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat) maka pahalanya dari Allah. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang zalim” (QS Asy Syura: 40). 

Islam membolehkan orang yang terzalimi untuk membalas sejauh kerugian yang ditimbulkan terjadi pada Anda asal tidak melampui batas. Tapi Al-Qur’an menegaskan bahwa memaafkan lebih baik. Bahasa Al-Qur’an ini merupakan kombinasi ‘mata dengan mata’ dan ‘siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.’ Al-Qur’an menunjukkan bahwa kita sebenarnya tengah diuji. Bagaimana respons kita terhadap bahaya yang ditimbulkan pada kita bakal menjadi dasar apakah kita akan mendapatkan reward atau penalty dari Allah. 

Menyangkut serangan kelompok pembebasan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober silam, perspektif yang sama juga berlaku. Bagaimana orang Israel merespons juga menjadi landasan untuk menilai atau menghakimi mereka. Apakah mereka akan membalas mata dengan mata, atau seratus mata untuk satu mata? Apakah respons mereka proporsional dan masuk akal? Apakah respons mereka dimaksudkan untuk benar-benar membasmi semua warga Gaza? Yang kita saksikan hari ini bahwa Israel melakukan genosida atas semua warga Jalur Gaza. Mereka percaya bahwa Hamas dilindungi oleh warga sipil. Maka untuk membasmi Hamas sebagai musuh harus terlebih dahulu memusnahkan warga sipil.

Semua ini akan dipertanyakan. Mereka harus mempertanggungjawabkan kejahatan yang mereka perbuat. Jika tidak di pengadilan hukum internasional di sini, di dunia ini, mereka tidak akan bisa lari dari pengadilan absolut dalam domain Tuhan di akhirat kelak. Al-Qur’an mengingatkan kita mâliki yaumiddîn— Allah Yang memiliki segala perkara pada hari kiamat. Allah yang menguasai hari pembalasan secara terus menerus. Bagi Muslim, hari pembalasan sangat mengerikan. Kita bisa saja lolos dengan pengadilan hidup di dunia, tapi kita tidak bisa lolos dengan mahkamah Allah di akhirat kelak.

Sebagai kesimpulan, kita perlu merekap beberapa hal. Ada beberapa alasan mengapa Allah mengizinkan terjadinya penderitaan di dunia ini. Kita menyaksikannya sangat mengerikan dan kita tiada henti berdoa agar itu semua berakhir. Pertama, Allah memberikan manusia kebebasan, bahkan untuk menyakiti orang lain. Terkadang Dia membiarkan kezaliman sampai pada batas tertentu. Tapi ingat bahwa Allah akan menghukum para pelakunya demi tegaknya keadilan, apakah di dunia ini maupun dalam kehidupan selanjutnya di akhirat. Kedua Allah menguji orang-orang yang beriman. Ketiga, begitu banyak hikmah dan kebaikan yang terbit dari apa yang kita saksikan sebagai kejahatan atau kezaiman. 

Dalam otak kita, mustahil akan muncul sesuatu yang baik dari apa yang kita pahami sebagai bahaya, pembunuhan, kezaliman, dan lain-lain. Rasanya tidak berperasaan sekarang untuk berbicara kemungkinan bahwa kebaikan akan datang di atas kehancuran di Jalur Gaza. Sulit membayangkan masa depan bisa cerah di sana.

Namun terlepas dari kekacauan distopian yang kita lihat sekarang, ada harapan bahwa Allah akan mengangkat kekacauan itu. Situasi yang terjadi berlangsung di Gaza hari ini, sebagaimana ungkapan sebuah pepatah, bagaikan burung Phoenix bangkit dari abu (phoenix rises from the ashes). Allah akan mendatangkan sesuatu yang bagus dan baik, dan Insya Allah kita akan melihatnya bahkan dalam hidup kita. Dan kita berdoa untuk itu. Free Palestine!

Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Oleh: Alvin Qodri Lazuardy, S.Ag, M.Pd Sebagai anak muda, mengikuti perhelatan besar Musyawarah Nas....

Suara Muhammadiyah

26 February 2024

Wawasan

Pengendalian Nafsu Amarah Oleh: Mohammad Fakhrudin Pengendalian nafsu dalam arti seluas-luasnya da....

Suara Muhammadiyah

13 March 2024

Wawasan

Memaknai Idul Fitri Dibalik Baju Baru dan Ketupat Oleh: Asyraf Al Faruqi Tuhulele, Forum Mahasiswa ....

Suara Muhammadiyah

10 April 2024

Wawasan

Oleh: Agusliadi Massere Cara menjalani kehidupan dan untuk memenuhi kebutuhan serta mencapai harapa....

Suara Muhammadiyah

22 January 2024

Wawasan

Refleksi 112 Tahun Muhammadiyah Oleh: Rumini Zul Fikar, PRM Troketon, Klaten "Dalam rentang waktu ....

Suara Muhammadiyah

16 November 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah