YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah — Parade Dokumenter atau yang dikenal sebagai Paradok, kembali hadir tahun ini untuk yang kedelapan kalinya. Diselenggarakan oleh mahasiswa peminatan Broadcasting Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), festival ini akan berlangsung pada Ahad (27/7) bertempat di Gedung Societeit Militaire, Taman Budaya Yogyakarta, mulai pukul 14.00 WIB hingga selesai.
Paradok merupakan ajang tahunan yang menayangkan film-film dokumenter karya mahasiswa sebagai bentuk apresiasi terhadap tugas akhir dari Mata Kuliah Produksi Film Dokumenter. Sejak pertama kali digelar pada tahun 2017, Paradok terus menjadi wadah penting dalam mempromosikan keberagaman suara masyarakat melalui medium dokumenter.
Tahun 2025 ini, Paradok menampilkan enam film dokumenter pilihan yang membahas beragam isu sosial kontemporer di tengah masyarakat. Berikut daftar film yang akan diputar. Left of Hook – Yogyakarta, yaitu sebuah kisah tentang dunia tinju dan bagaimana olahraga ini membuka ruang baru bagi generasi muda untuk berkembang secara positif. DOX Para, sebuah film dokumenter reflektif dari sudut pandang warga lokal yang merekam dinamika sosial pasca kerusuhan antar suporter di sebuah kota kecil Jawa Tengah. Gedang Goreng, sebuah film dokumenter tentang potret komunitas yang mengambil peran aktif menghadapi keresahan sosial di sekitar mereka.
Suara yang Terabaikan, cerita personal dari seorang perempuan yang berjuang dalam senyap, di tengah konflik tanah yang tak kunjung usai. Trash Issue, film dokumenter yang mengangkat inisiatif kreatif dalam pengelolaan sampah perkotaan, dokumenter ini memperlihatkan bahwa perubahan bisa dimulai dari hal kecil. Kandang yang Tak Menunduk, menyusuri kehidupan komunitas peternak yang bersatu dalam visi memperkuat ekonomi lokal, sambil tetap teguh melawan segala bentuk eksploitasi terhadap alam.
Selain pemutaran film, Paradok juga menghadirkan sesi diskusi interaktif yang memungkinkan publik untuk berdialog langsung dengan pembuat film dan narasumber. Acara ini dirancang untuk memicu refleksi, memperluas perspektif, dan memperkuat daya kritis masyarakat.
“Film dokumenter bukan sekadar tontonan, melainkan alat komunikasi yang mampu menggugah dan menyuarakan realita yang kerap terabaikan,” ujar Zakiyyah Hadziqoh, Ketua Pelaksana Paradok 2025.
Kebanggaan atas terselenggaranya acara ini juga disampaikan oleh Budi Dwi Arifianto, S.Sn., M.Sn., dosen pengampu mata kuliah Produksi Film Dokumenter. “Paradok adalah hal yang membagakan dari capaian para mahasiswa. Mereka tidak hanya menyelesaikan tugas akhir, tetapi telah mengubah proyek akademik menjadi kontribusi nyata yang berdampak. Melalui Paradok, kami bersama-sama mewujudkan cita-cita UMY sebagai kampus yang berdampak—yang menyuarakan isu-isu penting melalui karya yang hidup dan menginspirasi,” ungkapnya.
Dengan semangat inklusif dan edukatif, Paradok 2025 terbuka untuk umum dan mengajak masyarakat luas untuk hadir, menyaksikan, serta terlibat dalam perbincangan yang bermakna.
Paradok sebagai festival film dokumenter tahunan yang digagas oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi UMY juga berkolaborasi dengan berbagai festival dan film maker. Paradok berfokus pada pemutaran, diskusi, dan apresiasi terhadap film dokumenter sebagai medium komunikasi yang berdaya ungkap tinggi. Paradok menjadi bukti bahwa kuliah di Ilmu Komunikasi UMY adalah pilihan terbaik, karena memberikan ruang, fasilitas, dan pendampingan kepada mahasiswa untuk menghasilkan karya yang berdampak.