BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Dosen Prodi Agribisnis UM Bandung Widhi Netraning Pertiwi mengatakan bahwa ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan, mulai dari tingkat negara hingga rumah tangga. Hal ini ditandai dengan tersedianya pangan yang cukup, aman, bergizi, merata, serta terjangkau sesuai dengan keyakinan dan budaya masyarakat untuk hidup sehat, aktif, dan produktif.
Menurutnya, ketahanan pangan mencakup tiga aspek utama, yakni ketersediaan, akses, dan pemanfaatan pangan. Ketersediaan pangan bisa berasal dari produksi lokal, impor, maupun cadangan masyarakat.
”Akses pangan dipengaruhi oleh faktor ekonomi, sosial, fisik, dan demografis yang memastikan pangan dapat dijangkau kapan saja dan di mana saja,” ujar Widhi saat mengisi program Gerakan Subuh Mengaji Aisyiyah Jawa Barat pada Rabu (10/09/2025).
Widhi menjelaskan bahwa pemanfaatan pangan berkaitan erat dengan pemenuhan gizi dan kesehatan keluarga. Konsumsi pangan yang baik ditandai dengan kecukupan energi, diversifikasi pangan, keamanan pangan, dan pola makan yang seimbang. Faktor pendukung lainnya adalah sanitasi, ketersediaan air, serta pengetahuan ibu rumah tangga dalam mengatur pola makan dan pola asuh.
Ia menegaskan bahwa berbagai masalah pangan kerap muncul, baik kelebihan maupun kekurangan pangan. Kelebihan pangan bisa menyebabkan turunnya harga dan kerusakan produksi, sedangkan kekurangan pangan berpotensi menimbulkan gizi buruk, gangguan kesehatan, serta hambatan pertumbuhan. Oleh karena itu, strategi pemanfaatan pangan yang tepat sangat penting bagi keberlanjutan hidup sehat masyarakat.
Lebih lanjut, Widhi mengungkapkan bahwa pemanfaatan lahan pekarangan rumah memiliki peran strategis dalam memperkuat ketahanan pangan keluarga. Pekarangan dapat digunakan untuk menanam berbagai jenis tanaman pangan, obat-obatan, hingga tanaman hias yang bernilai ekonomi. Selain itu, masyarakat juga bisa memelihara ternak dan ikan sebagai sumber protein hewani.
Tujuan utama pemanfaatan pekarangan adalah untuk mewujudkan ketahanan dan kemandirian pangan keluarga. Selain itu, hal ini juga mendukung diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal, konservasi sumber genetik pangan, peningkatan pendapatan keluarga, dan penerapan gaya hidup ramah lingkungan dengan mengurangi jejak karbon.
”Pekarangan memiliki potensi besar sebagai sumber pangan beragam, bergizi, seimbang, dan aman atau B2SA,” jelas Widhi. Ia menambahkan, program Pekarangan Pangan Lestari (P2L) dapat menjadi solusi nyata dalam memenuhi kebutuhan pangan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Terakhir, ia menekankan bahwa upaya penguatan ketahanan pangan dari pekarangan bukan hanya bermanfaat bagi keluarga, melainkan berkontribusi terhadap ketahanan pangan nasional. Dengan pemanfaatan pekarangan yang optimal, masyarakat tidak hanya mandiri dalam memenuhi kebutuhan pangan, tetapi lebih tangguh menghadapi tantangan ekonomi maupun krisis global.***(FA)