YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Prestasi membanggakan kembali ditorehkan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Salah satu dosennya dari Fakultas Hukum, Yordan Gunawan, S.H., MBA., M.H., Ph.D., dipercaya menjadi Country Expert dalam tim penilai akreditasi internasional FIBAA (Foundation for International Business Administration Accreditation), lembaga akreditasi ternama yang berbasis di Jerman.
Penunjukan ini dimulai pada Januari 2025, ketika Yordan menerima email resmi dari manajer FIBAA yang mencari pakar dari Indonesia untuk terlibat dalam proses akreditasi. Setelah melalui seleksi dan penelaahan curriculum vitae, ia mendapat konfirmasi resmi untuk bergabung sebagai asesor internasional.
“Saya merasa terhormat sekaligus tertantang ketika diminta mengirimkan CV. Tidak lama kemudian, saya mendapat konfirmasi resmi bahwa saya dipercaya bergabung sebagai salah satu Country Expert FIBAA,” ujar Yordan kepada Humas UMY, Selasa (19/8).
Pada Februari 2025, Yordan menerima penugasan resmi untuk bergabung dengan enam pakar internasional lainnya dalam proses akreditasi di Universitas Jember (UNEJ). Visitasi berlangsung pada awal Agustus 2025 dengan empat program studi yang dinilai, yaitu S1 Hukum, S2 Akuntansi, S2 Ekonomi, dan S3 Manajemen.
Sebelum visitasi, ia menjalani pelatihan intensif selama beberapa bulan, termasuk mempelajari ribuan halaman dokumen borang akreditasi. Dari proses tersebut, Yordan menghasilkan 16 halaman komentar tertulis.
“Sebagai bagian dari tim asesor, saya secara pribadi menuliskan 16 halaman komentar berisi catatan, evaluasi, dan rekomendasi terhadap borang yang telah disampaikan pihak universitas,” jelasnya.
Yordan menambahkan, salah satu tantangan terbesar adalah diskusi internal tim asesor yang bisa berlangsung hingga 3–4 jam. Setiap expert wajib mempresentasikan komentarnya secara terbuka di hadapan seluruh anggota tim, menuntut argumentasi yang kuat, bukti yang jelas, dan pemahaman mendalam atas konteks lokal maupun standar internasional.
“Pada tahap ini, dinamika akademik yang sehat benar-benar terasa. Komentar kami bisa diperdebatkan, dipertanyakan, atau dikritisi oleh expert lain. Bagi saya, ini kesempatan berharga untuk menguji ketajaman analisis sekaligus memperkuat kemampuan berdialog dalam forum internasional,” tandasnya.
Dalam tugasnya, Yordan bekerja bersama akademisi dan praktisi akreditasi ternama dunia, antara lain Prof. Dr. Andreas Grüner (University of St. Gallen, Swiss), Prof. Dr. Susanne Meyer (Berlin School of Economics and Law, Jerman), Prof. Dr. Gerhard Speckenbacher (Vienna University of Economics and Business, Austria), Dr. Anu Jossan (Northumbria University, Qatar), Dr. Annette Metz (CONBEN South-East Asia Ltd., Jerman), Peter Felten (University of Vienna, Austria), dan Friderike Uphoff, M.A. (FIBAA, Jerman).
Seluruh rangkaian visitasi difasilitasi oleh Prof. Dr. Olgun Cicek dari European Consortium for Accreditation (ECA), Jerman, yang memastikan proses berjalan kritis namun konstruktif. Mulai dari klarifikasi temuan, penyusunan komentar, hingga menjaga konsistensi penilaian akhir.
Selama di Jember, tim asesor melakukan wawancara intensif dengan pimpinan universitas, dosen, mahasiswa, alumni, hingga mitra eksternal. Semua interaksi berlangsung dalam Bahasa Inggris, membuka ruang pembelajaran timbal balik mengenai upaya universitas Indonesia memenuhi standar internasional.
Menurut Yordan, akreditasi internasional bukan sekadar formalitas, melainkan proses intelektual dan kolaboratif. Keterlibatannya ini meneguhkan komitmen bahwa tugas ini bukan hanya soal profesi, tetapi juga dedikasi untuk memperkuat posisi pendidikan Indonesia di kancah global.
“Melalui FIBAA, saya tidak hanya belajar tentang standar mutu pendidikan tinggi dunia, tetapi juga berkesempatan membawa suara Indonesia dalam forum diskusi internasional yang bergengsi,” pungkasnya. (Mut)