JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah dr H Agus Taufiqurrahman, SpS, MKes, paparkan pentingnya silaturahmi dengan berumur panjang. Dibuktikan melalui penelitian oleh ilmuwan Harvard yang dilakukan selama lebih dari 76 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mencari penentu panjang umur dan bahagia, hasilnya ditemukan bahwa faktor penentunya adalah relasi sosial yang baik.
“Relasi sosial atau dalam bahasa agama silaturahmi yang ternyata penelitian itu semakin mendukung perkataan Rasul, kalau ingin dilapangkan rezeki dipanjangkan umur, hendaklah ia bersilaturahmi,” ujarnya Selasa (8/4) dalam Halal Bihalal Keluarga besar Kemendikdasmen.
Pada acara yang berlangsung secara virtual dan ditayangkan melalui YouTube chanel KEMENDIKDASMEN. Agus menegaskan bahwa silaturahmi tidak dapat diwakili hanya dengan melalui gadget. Ia menyampaikan untuk dapat memanfaatkan silaturahmi bertatap muka dengan sebaik-baiknya.
“Rasul sudah berkata begitu, penelitian sudah menunjukkan begitu hebatnya, maka mari kita membiasakan silaturahmi,” tegasnya.
Ia juga menyampaikan terkait takwa dalam hadits Nabi yang diwasiatkan kepada sahabat. Kata Rasul bertakwalah kamu dimana pun kamu berada. Jika maknai, jadilah orang bertakwa kapanpun dan dimana pun.
Agus mengatakan ketika Ramadhan masuk, banyak orang tiba-tiba berubah menjadi Islam, tetapi ketika Ramadhan berakhir banyak yang tidak berusaha mempertahankan kebaikannya.
“Maka jangan sampai Ramadhan berakhir, berakhir pula ketakwaan itu,” tukasnya.
Agus menegaskan bahwa kebaiasaan yang baik sebaiknya tetap berlanjut sampai kapanpun. Misalnya dalam urusan sedekah, banyak orang yang bersemangat untuk memberikan sedekah di bulan Ramadhan tetapi jarang melanjutkan setelahnya.
“Muttaqin yang benar walaupun Ramadhan usai dia tetap rajin sedekah, baik dalam keadaan lapang maupun sempit,” ujarnya.
Dalam rangka mempertahankan ketakwaan, Al-Qur’an menyebut ciri muttaqin adalah pandai menahan amarah. Puasa Ramadhan selain harus menahan maksiat juga harus pandai menaham nafsu amarah. Maka dalam Al-Qur’an diabadikan bahwa orang yang bertakwa pandai menahan amarah.
Agus menuturkan kebiasaan marah ini dapat merusak silaturahmi. Banyak penelitian yang membuktikan bahwa marah dan emosi negaatif meningkatkan risfaktor kejadian sekarang jantung dan stroke. Terdapat penelitian sekitar 2/3 kasus stroke, 1 atau 2 jam sebelumnya mengalami emosi negatif.
“Mari jaga betul-betul agar kita tidak mudah marah, biasakan untuk menjaga marah kita dengan sikap suka memaafkan orang,” ujarnya.
Ciri muttaqin yang terlanjur berbuat dosa akan segera memohon ampun atas dosanya dan menutupnya dengan perbuatan yang baik. “Tugas kita sekarang muhasabah, ketika sudah diampuni jangan lagi berbuat dosa dan pertaubatan itu tidak boleh di tunda,” pungkasnya.
Agus mengatakan semua manusia pernah berbuat dosa, tetapi tidak berarti kehilangan potensi untuk dicintanya Allah. Untuk mendapatkan cinta Allah kembali, diraih dengan bertaubat karena Allah mencintai orang-orang yang bertaubat.
Untuk menjaga diri dari maksiat yaitu dengan mencari lingkungan yang memiliki akhlak yang baik. Hal inilah pentingnya silaturahmi agar tidak terputus dari lingkungan berakhlak baik, sehingga dapat meminimalisir perbuatan maksiat. (Tia)