YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Tidak patah arang. Itulah Suara Muhammadiyah. Usianya 110 tahun—tepat 13 Agustus 2025. Melampaui usia Republik Indonesia, 80 tahun—pada 17 Agustus 2025. Usia Suara Muhammadiyah itu, jelas sangat amat tua, tetapi tubuhnya tidak ringkih.
Suara Muhammadiyah tetap kuat bertenaga. Menukil Haedar Nashir, Pemimpin Redaksi Suara Muhammadiyah seperti magma yang mengandung silika bertekanan tinggi dan mendorong letusan gunung berapi. Laksana energi potensial yang berubah menjadi energi kinetik yang mampu mendorong benda bergerak sebagaimana lesakkan anak panah.
Dalam cuplikan lintasan perjalanan sejarah yang panjang, Suara Muhammadiyah lahir di muka bumi menjelma sebagai media. Suara Muhammadiyah memosisikan dirinya sebagai media dakwah Persyarikatan. Sebagai media dakwah, tentu orientasi yang ingin dicapai ialah menyemai informasi kepada seluruh masyarakat berbungkus nilai-nilai keislaman, kebudayaan, keindonesiaan dan kebangsaan.
Selama 110 tahun, Suara Muhammadiyah konsisten menginformasikan pelbagai kegiatan Persyarikatan di seluruh penjuru negeri. Menembus medan curam, untuk mendapatkan peristiwa, yang kemudian diwartakan untuk diketahui secara membuana. Kiprahnya begitu rupa. Tidak pernah surut dalam menyajikan informasi yang bernas dan edukatif. Lagi, menginspirasi kepada seluruh pembaca tercinta.
“Ini sebuah majalah yang menurut saya harus bergerak secara agresif,” tegas Ahmad Syafii Maarif, mantan Pemimpin Umum Suara Muhammadiyah.
Perjuangan Suara Muhammadiyah dari dulu hingga kini tidaklah mudah. Menerjang derasnya gelombang pasang, berlayar di luasnya samudera. Tak ada kata lelah dalam menjadi nyala suluh penyemai informasi kepada masyarakat. Membuka cangkang pikiran yang boleh jadi telah kering kerontang, jumud, dan beku, untuk kemudian dibasahi dengan semai ilmu yang tersaji di dalam media ini.
Suara Muhammadiyah yang telah menua ini, terus berusaha menjaga konsistensi keberlanjutan media ini dengan berupaya sedemikian rupa menghadirkan aneka perubahan. Menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang ada. Bahkan, terus berbenah baik dari sisi substansi maupun tampilan kulit luarnya. Desainnya juga sudah sangat apik, modern, dan nyaman dipandang. Pun, substansinya, sangat menghunjam untuk kemudian saling bertukar pikiran dan berdialektika.
Dalam konteks isi, majalah ini menyuguhkan aneka tuntunan bagi warga Muhammadiyah. Sebut saja rubrik Tajuk, Sajian Utama, Kalam, Dialog, Bingkai, Pedoman, dan Tafsir At-Tanwir. Selain itu, Tanya Jawab Agama, Hadits, Bina Akidah, Bina Jamaah, Bina Akhlak, Khutbah Jumat, dan masih banyak lagi.
Keberhasilan Suara Muhammadiyah bertahan lebih dari usia 1 abad ini, bongkar Deni Asy’ari, Direktur Utamanya, tidak lepas dari visi media ini sebagai sarana dakwah membangun kesadaran literasi masyarakat. “Tanpa visi besar tersebut barangkali media ini sudah lama gulung tikar sebagaimana kebanyakan media lainnya yang sempat lahir hanya sekadar memenuhi kebutuhan pasar atau ekonomi,” katanya.
Deni melanjutkan, ini merupakan manifestasi dari implementasi wahyu pertama “iqra” tentang kesadaran ilmu pengetahuan. Jika ditanyakan, apa rahasia ketahanannya hingga saat ini, “Salah satu jawabannya adalah visi besarnya, untuk mengimplementasikan pesan “iqra” bagi umat Islam.”
Implikasinya, bahwa Suara Muhammadiyah dengan kesadaran tinggi terhadap budaya literasi. Literasi menjadi api yang terus dinyalakan oleh Suara Muhammadiyah. Karena media ini sangat mafhum betapa relevannya literasi sebagai basis elementer dalam mencerdaskan mencerahkan kehidupan bangsa.
Fakta berbicara terbuka. Atas konsistensinya menjaga api literasi, Suara Muhammadiyah banyak mendapatkan raihan prestasi. Di antaranya pada tahun 2016 dari Museum Rekor MURI Indonesia sebagai Majalah Islam yang Terbit Berkesinambungan Terlama. Tahun 2017, kembali meraih Penghargaan Serikat Perusahaan Pers (SPS) sebagai salah satu majalah tertua di Indonesia.
Bersambung tahun 2018, Penghargaan bergengsi dari Perpustakaan Nasional sebagai Keaktifan dalam melaksanakan UU No 4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam 2018. Ada pula, Penghargaan Hari Pers Nasional (HPN) sebagai Kepeloporan Bidang Media Kategori Media Dakwah Islam Perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia.”
Di samping menjaga api literasi dengan meraih banyak penghargaan, Suara Muhammadiyah tidak pernah diam. Bergerak merembet di dunia bisnis kontemporer. Bisnis luar biasa di luar dugaan semua orang. Tak pelak, semua dibuat tertegun melihat gebrakan akbar Deni, Putera asli Minangkabau yang dibesarkan di Negeri Kubang Putiah, Kabupaten Agam-Bukittinggi, Sumatera Barat ini.
Perlahan tapi pasti, bisnis yang di ejawantahkan Deni mulai merekah. Dari yang ditertawakan sementara orang di nun jauh sana, bahkan ada yang skeptis bila mesin bisnis itu tetap dijalankan. Tetapi, hal itu hanya bayang-bayang semu semata. Buktinya, bisnisnya luber ke mana-mana. Meluas, masif, dan sangat maju. Orang-orang banyak yang bertandang ke Suara Muhammadiyah demi bisa bersua Deni untuk menyerap butiran ilmu bersama menjalankan bisnis serupa dengan kemasan yang puspawarna.
Bisnis itu antara lain meliputi Majalah SM baik cetak atau digitak, SM Corner, penerbitan SM, BulogMU, Logmart, SMTV, Properti Perumahan, SM Farm (peternakan), SM Tour & Travel, SM Tower & Convention, SM Wisata, ternyar, di sektor kuliner: Kemadjoean Resto namanya.
“Semua lini usaha ini dibangun dengan semangat kemandirian dan berjejaring antar jamaah Persyarikatan,” tegas Deni.
Semangat kemandirian menjadi jangkar utama bisnis Suara Muhammadiyah bisa berjalan dengan baik. Meski iklim dunia bisnis digelayuti oleh cengkeraman era disrupsi. Era yang merusak. “Yang dirusak struktur ekonomi yang sifatnya mainstream atau status quo (yang sedang berjalan sekarang),” tuturnya.
Bagi Deni, untuk menghadapi era disrupsi, diperlukan dekonstruksi (tata ulang). Dalam hal memperkuat sumber daya manusia (SDM) yang kuat. Dan lebih penting lagi, mesti mempunyai keberanian (courage).
“Era disrupsi itu kuncinya keberanian. Saya pikir bisnis hampir semua orang punya teori. Punya gerakan untuk membuka usaha semua orang. Tetapi PR kita hari ini, siapa yang punya keberanian dalam menjadi eksekutor, ini yang menjadi tantangan kita,” katanya.
Keberanian ini menjadi hal utama. Karena itu, dengan keberanian Deni menerjang arus di depan, Suara Muhammadiyah dapat tampil eksis menjalankan bisnisnya. Dan ini merupakan reaktualisasi dari hasil Muktamar ke-47 Muhammadiyah di Makassar, Sulawesi Selatan. Menjadikan gerakan ekonomi sebagai pilar ketiga Persyarikatan.
Atas usaha kerja keras Deni berikut topangan seluruh karyawannya, nyata sekali bisnis Suara Muhammadiyah mendapat pengakuan dari pihak luar. Buktinya, Deni terus meraih raihan penghargaan tak kalah dahsyatnya. Pada tahun 2023, mendapat Penghargaan Indonesia Award Magazine The #1 Winner Kategori Indonesia Business Award. Masih pada tahun yang sama, lagi-lagi Deni mengharumkan Suara Muhammadiyah dengan Penghargaan Asia Exellent Choice Award Best of Entrepreneurship.
Beranjak pada tahun 2024, mendapat Penghargaan Gerakan Revolusi Mental Atas Upaya Diseminasi Praktik Baik yang Sejalan dengan Gerakan Nasional Revolusi Mental dari Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK). Selain itu, ada juga Penghargaan SWA “The Best CEO with Spesial Recognition Based of the 4 Essential Roles Leadership Survey SWA and Dunamis Organization.
Lebih lanjut lagi, ada Penghargaan Tip Humas Capital Awards #START3. Juga, Penghargaan TOP Business The Most Commited Top Leader in Human Capital. Penghargaan ini diterima pada tahun 2025.
Dengan raihan prestasi ini, Wakil Sekretaris 1 Majelis Ekonomi, Bisnis dan Pariwisata Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah sukses menyejajarkan PT Syarikat Cahaya Media/Suara Muhammadiyah bertengger dengan perusahaan-perusahaan besar yang membentang di sepanjang penjuru negeri. Artinya Suara Muhammadiyah telah diakui secara nasional sebagai perusahaan besar yang gemilang malang melintang di dalam mengejawantahkan roda bisnis di era kontemporer.
Pada saat yang sama, pencapaian ini bukan sekadar angka atau trofi penghargaan semata, tetapi merupakan cermin dari kerja keras kolektif, kepemimpinan visioner, serta komitmen untuk menjadikan Suara Muhammadiyah bukan hanya sebagai media dakwah, tetapi juga entitas bisnis yang profesional dan berkelanjutan.
“Semangat dan karakter majalah ini sebagai inspirasi tidaklah berubah. Justru perjalanan waktu panjang yang ditempuh oleh Suara Muhammadiyah semakin memperkuat karakter media ini,” tulis Deni dalam Buku “Dari Teks Menuju Konteks: Transformasi Suara Muhammadiyah, Menuju Pusat Syiar & Bisnis Persyarikatan.”
Suara Muhammadiyah telah menjadi contoh konkret bagaimana institusi Persyarikatan bisa menghidupkan obor literasi ditambah dengan, memancangkan bisnisnya. Serta tumbuh menjadi kekuatan ekonomi yang tangguh, memberikan kontribusi bagi kesejahteraan umat, dan tetap menjaga integritas sebagai media dakwah yang tercerahkan.
Semua itu berkat kepiawaian Deni dalam mensistematisasi Suara Muhammadiyah berlayar di laut lepas. Dan inilah yang diapresiasi oleh Ahmad Syafii Maarif (Allahuyarham), mantan Pemimpin Umum Suara Muhammadiyah.
“Ternyata jika anak-anak muda Muhammadiyah diberi kepercayaan penuh dalam mengembangkan suatu usaha, terobosan yang mereka lakukan kadang-kadang di luar dugaan, sesuatu yang tidak saya miliki sepanjang hidup. Kepada mereka ini semua saya memberikan penghargaan tinggi dan rasa bangga yang tidak berkesudahan,” tulisnya di kolom Resonansi Koran Republika, Selasa, 6 Februari 2018.
Pada akhirnya, semua raihan prestasi ini bukanlah akhir, bukanlah menjadi ajang pamer, riya’, dan romatika kesemarakan semata. Tetapi batu loncatan menuju lompatan-lompatan besar berikutnya yang niscaya harus lebih berdampak dan dapat menyemai benih kemaslahatan bagi masyarakat luas di jagat semesta raya. (Cris)