Baitul Arqam Purna Studi UM Bandung: Meneladani Warisan Intelektual Islam

Publish

15 August 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
63
Dok Istimewa

Dok Istimewa

BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Barat Wahyu Srigutomo menegaskan bahwa integrasi keilmuan menjadi kebutuhan strategis bagi universitas Islam. Termasuk juga Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung.

Pesan tersebut ia sampaikan dalam kegiatan Baitul Arqam Purna Studi yang digelar Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Al-Islam Kemuhammadiyahan (LPPAIK) Universitas Muhammadiyah Bandung di Auditorium KH Ahmad Dahlan, Kamis (14/8/2025), di hadapan ratusan mahasiswa yang akan diwisuda akhir Agustus mendatang.

Dalam pemaparannya, Wahyu mengajak peserta untuk meneladani warisan intelektual Islam yang pernah melahirkan pusat-pusat keilmuan, seperti Baitul Hikmah dan Universitas Al-Qarawiyyin. Pada masa itu, ilmu agama dan sains modern hidup berdampingan tanpa adanya dikotomi. Mengutip Seyyed Hossein Nasr, ia menegaskan bahwa dalam Islam tidak pernah ada konflik mendasar antara agama dan sains.

Ia kemudian menjelaskan paradigma integrasi-interkoneksi yang diperkenalkan M Amin Abdullah. Integrasi keilmuan berarti menghubungkan kembali disiplin-disiplin yang terpisah. Wahyu juga mengangkat pandangan Syed M Naquib Al-Attas tentang konsep ta’dib bahwa pendidikan sejati bukan sekadar transfer pengetahuan, melainkan penanaman adab.

Lebih lanjut, Wahyu mengaitkan visi Muhammadiyah sebagai Islam Berkemajuan dengan pengembangan UM Bandung sebagai Islamic Technopreneurial University. Konsep ini memadukan AIK (Al-Islam Kemuhammadiyahan) dengan sains, teknologi, dan kewirausahaan. Menurutnya, amal saleh yang berlandaskan nilai Islam akan melahirkan kehidupan yang baik dan bermanfaat bagi banyak orang.

Dalam sesi studi kasus, Wahyu mencontohkan penerapan integrasi keilmuan di UIN Sunan Kalijaga serta pada prodi PAI UM Bandung yang memadukan nilai keislaman, teknologi pendidikan, dan edupreneurship. Ia mengutip pandangan Azyumardi Azra bahwa pendidikan tinggi Islam harus mampu menjaga tradisi sekaligus berinteraksi dengan modernitas.

”Meski demikian, tantangan masa depan bukan sekadar membangun kembali masa lalu, melainkan merekonstruksi pemikiran untuk menjawab kebutuhan zaman. Sains harus melayani nilai dan nilai harus menjadi penuntun sains. Mahasiswa diharapkan mampu menjadi penghubung antara ayat kauniah (alam) dan ayat qauliah (wahyu),” ujarnya.

Ia juga menekankan pentingnya kesadaran untuk merenungi tanda-tanda kebesaran Allah di alam semesta dan dalam diri manusia sebagai dorongan berpikir kritis dan kreatif. Dengan begitu, lulusan universitas Islam tidak hanya unggul dalam pengetahuan, tetapi berkarakter dan berdaya saing global.

Wahyu menutup paparannya dengan harapan agar para lulusan UM Bandung menjadi agen perubahan yang berilmu, berakhlak, dan siap berkontribusi membangun peradaban. Menurutnya, memadukan kekuatan nilai Islam dan sains modern merupakan kunci untuk melahirkan generasi yang mampu menjawab tantangan masa depan.*(FA)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

BANYUWANGI, Suara Muhammadiyah – Islam itu dibangun diatas lima dasar, lima pilar utama terseb....

Suara Muhammadiyah

20 February 2024

Berita

BANDUNG, Suara Muhammadiyah — Tim mahasiswa dari program studi Psikologi Universitas Muhammadi....

Suara Muhammadiyah

9 May 2025

Berita

PEKALONGAN, Suara Muhammadiyah - Tertanggal 4 – 5 Safar 1446 H/ bertepat dengan tanggal 9 &nda....

Suara Muhammadiyah

16 August 2024

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah  - Prestasi membanggakan kembali ditorehkan oleh SD Muhammadiyah....

Suara Muhammadiyah

9 April 2025

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah menggelar Sosialisasi d....

Suara Muhammadiyah

9 August 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah