Antusiasme Mahasiswa Ilmu Komunikasi UMY Belajar via Diskusi Film

Publish

8 November 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
113
Doc. Istimewa

Doc. Istimewa

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah- Mengulik film selalu menjadi sebuah hal yang menarik. Selain dimaknai sebagai karya seni, film juga selalu menyimpan cerita menarik dibalik prosesnya. Hal ini yang dibahas pada acara screening dan diskusi film Banyak Ayam Banyak Rejeki (BABR) yang bertempat di Gedung Ibrahim Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Kamis (7/11). BABR merupakan film berjenis dokumenter etnofiksi karya Dr Dag Yngvesson dan Dr Koes Yuliadi, dengan pemeran utama yakni Dr KRT Akhir Lusono, S Sn, MM. 

Kegiatan yang diadakan oleh Program Studi Ilmu Komunikasi UMY ini disambut antusias oleh mahasiswa, khususnya yang mengikuti mata kuliah sinematografi.

Kepala Prodi Ilmu Komunikasi UMY, Dr Fajar Junaedi, S Sos, MSi, menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi salah satu cara untuk mendukung pembelajaran mahasiswa. "Prodi ilmu komunikasi menjembatani teman-teman mahasiswa untuk belajar dari berbagai hal. Semoga dari kegiatan hari ini, teman-teman bisa belajar lebih banyak untuk menunjang tugas akhir di kuliah sinematografi," ujarnya. 

Screening dan Diskusi Film Banyak Ayam Banyak Rejeki. (Doc. Istimewa)

Secara garis besar, Banyak Ayam Banyak Rejeki (BABR) merupakan film dokumenter yang menceritakan kisah hidup Arjun, seorang laki-laki yang memiliki empat orang istri. Film yang digarap sejak 2009 ini rampung dan dirilis secara resmi di Festival Film Dokumenter (FFD) pada tahun 2021 lalu. Meski membutuhkan waktu produksi sekitar 11 tahun, namun film BABR tetap memerhatikan perkembangan isu yang ada di setiap tahunnya. 

BABR dengan apik mengemas karya dokumenter dengan tambahan bumbu-bumbu komedi satir. Film ini juga menjelaskan kenyataan hidup seseorang dengan membaginya menjadi beberapa bab, mulai dari latar belakang karakter Arjun, hingga proses dirinya 'menemukan' setiap istrinya. 

Melalui kegiatan ini, mahasiswa mengetahui sebuah genre baru dalam film yakni dokumenter etnofiksi. Genre ini merupakan gabungan dari kata etnografi dan fiksi yang dalam film dijelaskan sebagai perpaduan antara dokumenter dengan cerita yang terstruktur sehingga membangun realitas yang lebih nyata.

Berkaca dari antusiasme tersebut, Dr Koes optimis para mahasiswa mampu membuat karya serupa, bahkan lebih bagus lagi. "Saya yakin teman-teman UMY bisa membuat film dengan gayanya sendiri," yakinnya.

Di akhir kegiatan, Dr Dag juga memberikan semangat untuk mahasiwa Ilmu Komunikasi UMY yang akan melaksanakan produksi film dari mata kuliah pengantar sinematografi. "Alat-alat sekarang lebih murah, accessible, dan kualitasnya lebih bagus daripada waktu kami produksi. Jadi, kalian tidak punya alasan untuk tidak membuat film yang bagus," tutupnya. (Lil/Kiky)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

PURWOKERTO, Suara Muhammadiyah - Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) sukses menyelenggara....

Suara Muhammadiyah

3 March 2024

Berita

BANDUNG, Suara Muhammadiyah– Wakil Rektor I Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung Dr Hendar Ri....

Suara Muhammadiyah

27 October 2024

Berita

JAKARTA, Suara Muhammadiyah - Dunia mengalami berbagai tantangan dengan perubahan teknologi yan....

Suara Muhammadiyah

2 May 2024

Berita

5 Rekomendasi Produk Pierre Cardin di Blibli  Anak – anak fashion tentu sudah tidak asin....

Suara Muhammadiyah

20 December 2023

Berita

SURAKARTA, Suara Muhammadiyah – Dalam menghadapi berbagai isu-isu global, Universitas Muhammad....

Suara Muhammadiyah

5 December 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah