Anak Saleh (2)

Publish

1 August 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

1
251
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Anak Saleh (2)

Oleh: Mohammad Fakhrudin

Telah diuraikan di dalam “Anak Saleh” (AS) 1, empat hal pokok, yaitu (1) fenomena yang menyesakkan dada, (2) hidayah bagi manusia dan hewan, (3) penciptaan manusia menurut Islam, dan (4) mengenali potensi kesalehan anak sejak dini. Dalam hubungannya dengan mengenali potensi kesalehan anak sejak dini, ada hal yang perlu mendapat penekanan kembali. 

Telah diuraikan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan tuntunan bagi muslim mukmin yang akan melakukan hubungan intim suami istri (jimak), yaitu berdoa. 

بِسْمِ اللهِ اَللّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا

"Dengan menyebut nama Allah, ya Allah jauhkanlah kami dari (gangguan) setan dan jauhkanlah setan dari rezeki yang Engkau anugerahkan kepada kami."

Doa tersebut terdapat di dalam HR al-Bukhari dan Muslim.  

Sementara itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan tuntunan kepada muslim mukmin untuk beroleh anak saleh agar berdoa  sebagaimana terdapat di dalam Al-Qur’an, antara lain, pada surat Ali ‘Imran (3): 38; al-Furqan (26): 74; an-Naml (27): 19, dan al-Ahqaf: (40): 15.

Di dalam AS (2) ini diuraikan (1) anak saleh bukan barang instan dan (2) gerakan terpadu untuk memperoleh anak saleh.

Bukan Barang Instan

Anak saleh bukanlah barang instan; bukan hasil sulapan! Dia bukan buatan pabrik dengan mesin secanggih apa pun. Dia diperoleh melalui proses yang sangat panjang; melalui jalan yang penuh tantangan. 

Proses itu dimulai sejak laki-laki dan perempuan menjemput jodoh. Mereka tidak menunggu, tetapi melakukan sesuatu. Mereka berdoa tiada henti. Mereka berikhtiar sesuai dengan petunjuk Ilahi dan contoh Nabi. Mereka berproses sejak masa ta'aruf.

Masa ta’aruf dimanfaatkan tidak hanya oleh calon suami istri untuk saling mengenal, tetapi juga digunakan oleh keluarga laki-laki dan keluarga perempuan secara utuh. Pada proses ini mungkin saja mereka khilaf. Terjadi kesalahpahaman, tetapi segera mereka saling memaafkan dan mencari solusi islami. Mungkin terjadi juga kemaksiatan. Namun, mereka segera bertobat.

Pada tahap peminangan mungkin pula terjadi perbedaan keinginan antara keluarga laki-laki dan keluarga perempuan. Meskipun demikian, mereka dapat menyelesaikannya dengan baik karena mereka menyadari bahwa menikah merupakan ibadah. Oleh karena itu, mereka mengutamakan petunjuk Allah Subhanahu wa Taa’ala dan contoh Rasul-Nya dalam penyelesaian masalah.

Pada tahap prosesi akad nikah terasa tidak ada masalah. Namun, sehari, dua hari, tiga hari, atau satu pekan  setelah itu, satu bulan, baru terasa ada masalah. Suatu hal yang semula bukan masalah berubah menjadi masalah. Sesuatu yang semula disepakati tidak perlu dipermasalahkan berubah menjadi sesuatu yang dipermasalahkan. Sesuatu yang semula baik-baik saja berubah menjadi tidak baik-baik saja. 

Lagi-lagi, karena sadar akan harapan besar bahwa pernikahan itu  mendatangkan keberkahan, semua masalah diselesaikan dengan baik.  

(Baca: “Ikhtiar Awal Menuju Keluarga Sakinah” 1-30 oleh Mohammad Fakhrudin dan Iyus Herdiyana Saputra, Suara Muhammadiyah)

Gerakan Terpadu

Sebagaimana telah diuraikan di dalam AS (1) dan bagian awal AS (2)  ini, berdoa, didoakan, dan berikhtiar dilakukan sejak dini. Suami istri harus berdoa dan berikhtiar. Ketika akan dan sesudah jimak, mereka selalu mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mengikuti contoh Rasul-Nya. Mereka melakukannya dengan penuh keikhlasan karena hakikatnya  jimak merupakan bagian dari ibadah juga. Berkenaan dengan kesadaran itu, doa ketika akan dan sesudah melakukannya dibaca dan mandi junub pun dikerjakannya sesuai dengan tuntunan beliau juga.   

Mereka tidak takut akan dinginnya air dan udara jika harus mandi junub dini hari. Bahkan, mereka dengan gembira melakukannya karena setelah itu mereka dapat mengerjakan tahajud dalam keadaan segar! 

Mereka lebih percaya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa mandi dini ini justru sangat berguna bagi kebugaran daripada percaya kepada mitos bahwa mandi dini hari dapat menyebabkan reumatik. Mereka mengamalkan kaifiat mandi junub sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tidak sekadar keramas!

Selesai tahajud, secara sungguh-sungguh mereka mohon dianugerahi anak saleh. Mereka pun melanjutkan berbagai aktivitas untuk menjemput keberkahan.

Sementara itu, orang tua mereka juga berdoa dan berikhtiar. Mereka menjadi patron; teladan dalam hal praktik-baik hidup berkeluarga. Lebih dahsyat lagi hasilnya karena tidak hanya suami istri dan orang tuanya yang berdoa, tetapi juga keluarga besarnya! Dengan kata lain, ada gerakan terpadu untuk beroleh anak saleh.

Dengan gerakan terpadu seperti itu niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan rida-Nya menganugerahinya anak saleh. Jika ada keridaan-Nya, semuanya berjalan baik-baik saja. Hal itu bukan berarti tidak ada masalah sama sekali. Masalah tetap ada, tetapi selalu ada solusi. Malahan, mereka sudah diberi solusi sebelum masalah terjadi.

Berbeda halnya dengan laki-laki dan perempuan yang sejak awal menjemput jodoh melalui jalan yang banyak kemaksiatannya. Tambahan lagi, orang tuanya, malahan keluarga besarnya, pun sangat “akrab” dengan kemaksiatan. 

Di dalam kehidupan nyata ada laki-laki dan perempuan yang menjemput jodoh dengan cara bertanya dan percaya kepada ramalan bintang atau dukun peramal dan "parahnya" lagi orang yang menjadi dukun peramal itu adalah ayah mereka masing-masing. Nah, gerakan itu pun terpadu. Namun, terpadu yang menyimpang dari tuntunan Islam. 

Ketika akan jimak, tidak ada doa terucap. Mandi junub dilakukan sekadar keramas. Jika jimak dilakukan malam hari, mereka takut pada dinginnya air dan udara. Oleh karena itu, waktu mandi junub pun ditunda. Lebih parah lagi, mereka tidak pernah tahajud. 

Orang tua mereka pun tidak tahu akan kewajibannya menjemput anugerah anak saleh dari Allah Subhanahu wa Ta'ala meskipun ingin mendapatkannya. Mereka sering mengucapkan kepada anak dan menantunya misalnya, "Semoga diberi anak yang saleh." 

Mereka tidak pernah tahajud juga. Dengan kata lain, mereka bukan contoh  yang baik dalam praktik hidup berkeluarga. 

Dari kedua gerakan terpadu tersebut, dapat diketahui ada perbedaan yang benar-benar kontradiksi. Gerakan terpadu yang pertama sejak awal dilakakukan untuk mencapai rida Allah Subhanahu wa Ta’ala, sedangkan gerakan terpadu yang kedua tidak demikian halnya. 

Baca juga: “Menghitung Hari” oleh Muhammad Fakhrudin https://web.suaramuhammadiyah.id/2022/05/31/menghitung-hari/)

Dengan gerakan terpadu yang pertama, besar harapan terkabulnya doa dan ikhtiar beroleh anak saleh. Allah Subḥanahu wa Ta'ala berfirman di dalam Al-Qur'an surat ar-Ra'd (13): 18

لِلَّذِيْنَ اسْتَجَا بُوْا لِرَبِّهِمُ الْحُسْنٰى ۗ وَا لَّذِيْنَ لَمْ يَسْتَجِيْبُوْا لَهٗ لَوْ اَنَّ لَهُمْ مَّا فِى الْاَ رْضِ جَمِيْعًا وَّمِثْلَهٗ مَعَهٗ لَا فْتَدَوْا بِهٖ ۗ اُولٰٓئِكَ لَهُمْ سُوْٓءُ الْحِسَا بِ ۙ وَمَأْوٰٮهُمْ جَهَـنَّمُ ۗ وَبِئْسَ الْمِهَا دُ

"Bagi orang-orang yang memenuhi seruan Tuhan, mereka (disediakan) balasan yang baik. Dan orang-orang yang tidak memenuhi seruan-Nya, sekiranya mereka memiliki semua yang ada di bumi dan (ditambah) sebanyak itu lagi, niscaya mereka akan menebus dirinya dengan itu. Orang-orang itu mendapat hisab (perhitungan) yang buruk dan tempat kediaman mereka Jahanam, dan itulah seburuk-buruk tempat kediaman."

Allahu a’lam


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Indonesia Emas 2045 dengan Merawat Generasi Sehat dan Cerdas Oleh : Dr. dr. H. Andi Sofyan Hasdam, ....

Suara Muhammadiyah

12 February 2024

Wawasan

Budi Pekerti dalam Rimba Homo Digitalis Oleh: Al-Faiz MR Tarman, Dosen Universitas Muhammadiyah Kla....

Suara Muhammadiyah

18 June 2024

Wawasan

Dialog Antaragama Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Apa yang Isl....

Suara Muhammadiyah

22 July 2024

Wawasan

Kedewasaan Berpolitik Di Era Demokrasi Digital:Menyikapi Hasil Pemilu 2024 Oleh: Saifullah Bonto, S....

Suara Muhammadiyah

22 February 2024

Wawasan

Ada Apa Dengan Ekonomi Hijau? Oleh: M. Azrul Tanjung Sejatinya ekonomi hijau bertujuan meningkat....

Suara Muhammadiyah

29 August 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah