Ambillah Tuah Pada yang Menang dan Ambil Pelajaran pada yang Sudah
Oleh Dr Masud HMN
Karena tuah (menang) dan mencontoh pada yang popular, maka khawatir pula merembet ke Muhammadiyah. Kalau sampai terjadi, hilang esensinya dakwah Muhammadiyah.
Orisinilnya ungkapan di atas memang adalah kata-kata hikmah baik berasal kemudian dari dunia Melayu. Menegaskan tak sembarangan mengambil contoh. Yaitu kalau tuah (kehebatan) pada yang menang dan kalau contohlah yang ada faktanya.
Yang menang itu ada kriterianya, ada syaratnya. Bukan menang saja. Bukan hebatnya saja, melainkan benar, baik dan jujur. Sebab kalau menang tidak jujur dan tidak baik bukan itu menjadi contoh.
Sama juga halnya contoh pada yang sudah, ada syarat-syaratnya. Ada fakta dan datanya. Simpulannya tidak sembarangan, tidak dapat dimunculkan menjadi contoh.
Menjadi menarik bila ungkapan tersebut disejalankan dengan paham pragmatism. Yang sederhana tetapi dapat berhasil. Terjadi di dunia politik dan sosial. Mengenyampingkan cara dan semua cara halal. Atau menghalalkan semua cara, baik atau pun tidak.
Yang terkenal teori Machiavelli orang Eropa yang hidup pada abd ke 14 Masehi. Menariknya teori itu adalah karena banyaknya yang sukses. Menghalalkan segala cara.
Sukidi menulis panjang lebar teori tersebut dalam Majalah Tempo edisi tanggal 24 Oktober 2023, judulnya adalah Machiavelli Jawa.
Dalam artikel itu diulas oleh Sukidi, dikaitkan dengan kecenderungan yang terjadi di Indonesia. Fenomena aktual dipelbagai bidang, baik sosial, politik, dan budaya.
Dengan didahului dengan teori besar Machiavelli dan nasehat melaksanakannya ia menyebut tiga nasehat penting, agar teori itu sukses terlaksana di lapangan.
Pertama adalah menjadi unggul dengan cara yang apa saja yang mungkin.
Kedua membuat gagasan besar diantara program yang ada.
Ketiga, menjalankan muslihat beralasan, hingga gagasan dapat diterima orang banyak. Demikian nasehat Machiavelli.
Pada intinya adalah, tanpa mempertimbangkan segi lain, termasuk kebaikan dan keburukan. Semua adalah demi tujuan tercapai saja.
Meskipun gagasan ini populer bagi masyarkat dunia, tapi ada juga yang menolak. Tujuan menghalalkan semua cara dianggap melanggar asas kebaikan. Oleh karenanya, tidak dijadikan tujuan.
Anderson misalnya seorang pejuang Amerika tidak setuju gagasan tersebut. Dengan mengatakan bahwa gagasan tersebut bukan menjadi tujuan bangsa Amerika yang maju. ”Bukan tujuan Negara Amerika” katanya.
Memang betul pendapat Anderson, bahwa mencapai target adalah penting. Namun demikian perlu cara memperoleh yang bermartabat baik dan jujur serta menggunakan jalan yang baik.
Megambil tuah (kehebatan) pada yang menang, mengambil contoh pada yang sudah. Itu sudah benar. Bukan Gagasan Machiavelli menjalar pula ke Muhammadiyah. Gagasan yang mengahalalkan segala cara. Semoga tidak!
Dr. Masud HMN, Dosen Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta