Al-Masih dalam Al-Qur`an dan Tradisi Yahudi

Publish

26 August 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
365
Sumber Foto Unsplash

Sumber Foto Unsplash

Al-Masih dalam Al-Qur`an dan Tradisi Yahudi

Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

Mari kita telaah lebih dalam sebuah ayat Al-Qur`an yang kerap menjadi sumber kesalahpahaman, yaitu ayat 45 dari Surat Ali Imran. Ayat ini mengisahkan tentang kabar gembira yang disampaikan malaikat kepada Maryam, bahwa ia akan melahirkan seorang putra yang bernama Al Masih Isa, yang akan menjadi sosok terhormat di dunia dan akhirat. 

Salah satu kata kunci dalam ayat ini yang seringkali menimbulkan perbedaan interpretasi adalah "Al Masih". Bagi umat Kristiani, istilah ini memiliki makna yang sangat penting dan mendalam, yaitu merujuk pada Isasebagai Kristus, sang juru selamat. Menariknya, umat Islam juga mengakui Isasebagai Al Masih, namun dengan pemahaman yang mungkin berbeda dari pandangan Kristiani. Hal ini membuka ruang diskusi yang menarik tentang bagaimana kedua agama memahami dan memaknai sosok Isadalam konteks ajaran masing-masing.

Lalu, apa sebenarnya makna "Al Masih"? Para ahli tafsir Muslim telah mencoba memahami istilah ini melalui pendekatan etimologi bahasa Arab. Mereka menelusuri akar kata dan mencoba mengaitkannya dengan makna harfiah seperti "menghapus" atau "menyentuh", yang kemudian dikaitkan dengan mukjizat penyembuhan yang dilakukan oleh Yesus. Ada juga yang mencoba mengaitkannya dengan kata yang berarti "bepergian", merujuk pada perjalanan dakwah Yesus.

Namun, pendekatan ini tampaknya kurang tepat. Penting untuk diingat bahwa "Al Masih" bukanlah sekadar kata dalam kamus, melainkan sebuah istilah yang sudah memiliki makna khusus dalam konteks keagamaan pada masa itu. Istilah ini bukan berasal dari bahasa Arab, melainkan berasal dari tradisi Yahudi yang tertuang dalam Perjanjian Lama. Oleh karena itu, memahami makna "Al Masih" haruslah dengan melihat konteks keagamaan yang lebih luas, bukan hanya terpaku pada analisis etimologi bahasa Arab.

Dalam Perjanjian Lama, istilah "Messiah" (atau "Mashiach" dalam bahasa Ibrani) merujuk pada sosok yang diurapi, yang memiliki peran penting dalam rencana Tuhan. Konsep ini sudah dikenal luas sebelum Al-Qur`an diturunkan, dan Al-Qur`an menggunakan istilah "Al Masih" sebagai padanannya.

Pertanyaan menarik yang muncul adalah apakah istilah "Mesias" sendiri sudah digunakan dalam bahasa Arab sebelum kemunculan Al-Qur`an. Apakah "Al Masih" merupakan terjemahan langsung dari kata "Mesias" dalam bahasa Ibrani? Sejauh yang saya ketahui, belum ada penelitian mendalam mengenai hal ini. Para ahli tafsir Al-Qur`an yang saya temui lebih fokus pada analisis etimologi bahasa Arab daripada menelusuri penggunaan istilah ini dalam bahasa-bahasa lain pada masa itu.

Namun, dapat dipastikan bahwa para penerjemah Alkitab ke dalam bahasa Arab menggunakan istilah "Al Masih" sebagai padanan kata "Messiah" dalam bahasa Ibrani. Hal ini menunjukkan bahwa "Al Masih" telah menjadi istilah yang diterima dalam bahasa Arab untuk merujuk pada konsep "Messiah" yang berasal dari tradisi Yahudi.

Lalu, apa sebenarnya makna "Mesias" dalam tradisi Yahudi? Istilah ini berasal dari kata Ibrani "Mashiach" yang berarti "yang diurapi". Dalam Perjanjian Lama, minyak digunakan sebagai simbol pengurapan dan pentahbisan seseorang untuk tugas atau jabatan tertentu. Batu yang diurapi dengan minyak dianggap sebagai batu suci yang dikhususkan untuk Tuhan. Imam, hakim, bahkan raja diurapi dengan minyak sebagai tanda pengukuhan atas peran dan tanggung jawab mereka di hadapan Tuhan.

Pengurapan dengan minyak memiliki makna simbolis yang mendalam dalam tradisi Yahudi. Benda-benda seperti batu atau pakaian yang diurapi dianggap disucikan dan dikhususkan untuk tujuan keagamaan. Lebih dari itu, pengurapan juga dilakukan pada individu-individu yang memegang peran penting dalam masyarakat, seperti imam, hakim, dan raja. Prosesi pengurapan ini menandai peresmian mereka ke dalam jabatan dan tanggung jawab yang diberikan Tuhan. Minyak yang dicurahkan atau dioleskan di kepala mereka melambangkan berkat dan perlindungan ilahi, serta pengukuhan atas peran mereka sebagai pemimpin yang dipilih Tuhan.

Konsep pengurapan ini kemudian berkembang menjadi pengharapan akan datangnya seorang pemimpin yang diurapi Tuhan untuk membawa kedamaian dan keadilan bagi umat manusia. Pemimpin ini disebut sebagai "Mashiach" atau "Messiah", yang diharapkan akan mewujudkan zaman keemasan di mana konflik dan permusuhan berakhir, digantikan oleh harmoni dan kesejahteraan.

Konsep "Messiah" ini tidak hanya terbatas pada tokoh agama, tetapi juga bisa merujuk pada pemimpin politik yang membawa perubahan positif bagi masyarakat. Contohnya adalah Raja Cyrus dari Persia, yang disebut sebagai "Messiah Tuhan" dalam kitab Yesaya. Cyrus dianggap sebagai penyelamat umat Israel karena ia membebaskan mereka dari pembuangan di Babel dan memungkinkan mereka untuk kembali ke tanah air mereka.

Gelar "Messiah Tuhan" yang diberikan kepada Raja Cyrus mencerminkan peran pentingnya dalam sejarah umat Israel. Dengan membebaskan mereka dari penawanan di Babel dan mengembalikan mereka ke tanah air mereka, Cyrus dianggap telah memenuhi nubuat tentang seorang pemimpin yang diutus Tuhan untuk menyelamatkan umat-Nya. Kisah Cyrus menunjukkan bahwa istilah "Messiah" tidak selalu merujuk pada sosok religius semata, tetapi juga dapat digunakan untuk pemimpin politik yang membawa perubahan besar dan positif bagi suatu bangsa.

Seiring berjalannya waktu, konsep "Messiah" semakin berkembang dan memperoleh makna yang lebih mendalam. Bagi umat Kristiani, Isadianggap sebagai "Messiah" yang dinubuatkan dalam Perjanjian Lama, sosok yang akan membawa keselamatan dan penebusan bagi seluruh umat manusia. Dalam Perjanjian Baru yang ditulis dalam bahasa Yunani, istilah "Mashiach" diterjemahkan menjadi "Khristos", yang kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia sebagai "Kristus".

Menariknya, Al-Qur`an juga menggunakan istilah "Al Masih" untuk merujuk pada Yesus. Hal ini menunjukkan pengakuan Al-Qur`an terhadap peran penting Isadalam sejarah agama dan kemanusiaan. Meskipun terdapat perbedaan pandangan antara Islam dan Kristen mengenai hakikat dan peran Yesus, penggunaan istilah "Al Masih" dalam Al-Qur`an menegaskan bahwa kedua agama memiliki titik temu dalam mengakui Isasebagai sosok yang diutus Tuhan.

Inti dari pembahasan ini adalah bahwa umat Islam mengakui Isasebagai Al Masih, sebuah gelar yang memiliki makna penting dalam tradisi Kristen. Namun, pengakuan ini hanya dapat dipahami secara utuh jika kita mengatasi kesalahpahaman yang sering muncul dalam penafsiran ayat tersebut. 

Beberapa penafsir Muslim terdahulu cenderung mendekati istilah "Al Masih" dari sudut pandang etimologi bahasa Arab, yang mengakibatkan pemahaman yang kurang tepat. Untuk memahami makna sebenarnya dari "Al Masih", kita perlu melihatnya dalam konteks sejarah dan tradisi keagamaan yang lebih luas, yaitu tradisi Yahudi yang menjadi akar dari konsep "Messiah". 

Dengan memahami latar belakang ini, kita dapat melihat bahwa "Al Masih" adalah gelar yang diberikan kepada Isasebagai pengakuan atas peran pentingnya dalam rencana Tuhan, sebagaimana dipahami dalam tradisi Kristen dan Islam. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun terdapat perbedaan pandangan teologis antara kedua agama, terdapat juga titik temu dalam mengakui dan menghormati sosok Yesus.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Bersedekah dengan Harta yang Dicintai Oleh: Mohammad Fakhrudin Seruan berpuasa ditujukan kepad....

Suara Muhammadiyah

2 April 2024

Wawasan

Berbeda Tetapi Bersatu Oleh: Dr Masud HMN, Dosen Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Ja....

Suara Muhammadiyah

25 May 2024

Wawasan

Oleh: Amirsyah Tambunan Ketua Majelis Pendayagunaan Wakaf Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Dosen Univer....

Suara Muhammadiyah

29 January 2024

Wawasan

Indonesia Emas 2045 dengan Merawat Generasi Sehat dan Cerdas Oleh : Dr. dr. H. Andi Sofyan Hasdam, ....

Suara Muhammadiyah

12 February 2024

Wawasan

Menuju Indonesia Emas 2045, Siapkah Tenaga Kerja di Indonesia? Oleh: Larasati Indah Lestari, Magist....

Suara Muhammadiyah

23 March 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah